Fase “Ngejoss”
Fase “Ngejoss”
(Akhukum Fillah;
Abdullah Saleh Hadrami)
Ini berbagi cerita pengalaman di medan dakwah tentang fenomena taubat yang sekarang diganti dengan istilah hijrah.
1- Biasanya bermula dari maksiat dan cinta dunia sampai bosan dan jenuh, kemudian muncul keinginan untuk hijrah.
2- Mencari kajian yang “keras”, karena yang biasa-biasa saja dianggap kurang mantap dan tidak meyakinkan.
3- Semangat menggebu untuk berubah dalam segala hal dan cenderung “ke-ngejoss-an” atau berlebihan melampaui batas.
4- Keinginan kuat untuk tampil beda agar tampak hijrahnya, dalam hal penampilan diri, pakaian, dan lainnya yang cenderung fokus kepada simbol simbol.
5- Merasa lebih baik dan lebih paham dari orang lain, bahkan ustadz dan ulama yang berbeda dengannya divonis salah, dianggap tersesat, syubhat, berbahaya, dan semisalnya.
Lima poin diatas adalah contoh fenomena gagal hijrah.
Ibaratnya anak sekolah, dia tidak naik kelas dan tidak lulus.
Secara sepintas tampak keadaannya lebih baik, namun sebenarnya keadaannya lebih buruk tanpa disadarinya.
Dulu maksiat, dan sekarang merasa lebih baik dari orang lain, cenderung merendahkan orang lain, suka menilai dan memvonis orang lain.
Ini bukan hijrah, akan tetapi ganti dosa yang lebih parah tanpa sadar.
Solusinya ?
Perbanyak berdoa kepada Allah, terus belajar dan mencari ilmu dari banyak guru selama dalam koridor Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, jangan dari satu sumber saja, tujuannya supaya mempunyai wawasan yang luas lagi dalam.
Fokus memperbaiki diri, jasmani rohani, lahir batin, luar dalam, terutama membersihkan hati dari semua kotorannya, senantiasa menyaksikan bahwa diri sendiri penuh kekurangan dan orang lain lebih sempurna dari dirinya.
Hubungan dengan Allah baik, dan hubungan dengan makhluk juga baik.
Inilah hijrah yang sebenarnya dan lulus dalam hijrahnya.
Semoga Allah bimbing kita menuju jalan yang mendatangkan cinta dan ridhaNya sampai bertemu denganNya, amin ya Rabb.
Malang, Rabu 26 Rabi’ul Akhir 1443 / 1 Desember 2021