Merenung Sejenak Tentang Tujuan Al-Qur’an
Merenung Sejenak Tentang Tujuan Al-Qur’an
Ada beberapa pertanyaan yang sangat perlu kita jawab agar kita berada di jalur yang benar ketika berinteraksi atau berhubungan dengan Al-Qur’an.
1- Apakah hafalan Al-Qur’an itu sarana atau tujuan ?
Jawab:
Hafalan Al-Qur’an itu adalah sarana, sedangkan tujuannya adalah memahami dan mengamalkannya.
2- Lebih utama mana antara mengejar target hafalan yang banyak, tapi tidak mutqin, dengan fokus hafalan yang mutqin walau hanya sedikit hafalannya ?
Jawab:
Tentu yang mutqin lebih utama. Mutqin disini maksudnya adalah hafalan yang baik, benar dan kuat, sehingga kapan saja dan dimana saja ia mampu untuk membacanya secara langsung dari hafalannya tanpa perlu muraja’ah (melihat mushaf) dahulu.
Apalah artinya bangga dengan hafalan yang banyak akan tetapi kenyataannya tidak hafal, hanya pernah setoran hafalan saja tapi kemudian dilupakan.
3- Kapan seseorang layak disebut sebagai “Ahlul Qur’an” atau “Keluarga Al-Qur’an” ?
Jawab:
Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitabnya “Zadul Ma’ad” menjelaskan:
“Ahlul Qur’an adalah orang yang memahami Al-Qur’an dan mengamalkan isinya, walau tidak hafal. Adapun orang menghafalnya akan tetapi tidak memahaminya dan tidak mengamalkan isinya, maka ia bukan Ahlul Qur’an, walau ia menegakkan huruf-hurufnya seperti tegaknya anak panah (walau hafalannya mutqin)”.
Allah berfirman dalam Kitab Suci Al-Qur’an tentang tujuan dari diturunkannya Al-Qur’an;
“كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ“.
[سورة ٣٨ ص: ٢٩]
Artinya:
“(Al-Qur’an) Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi (memperhatikan, memikirkan dan mengamalkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.
[Al-Qur’an, surat 38 Shood, ayat 29]
Ayat ini adalah inti jawaban dari semua pertanyaan diatas, yaitu Al-Qur’an itu bukan hanya dibaca dan dihafal, akan tetapi tujuan utama dari diturunkannya Al-Qur’an adalah dipahami dan diamalkan isinya.
Tentu menjadi sempurna jika kita telah menguasai semuanya; Tajwid, tafsir, tadabbur plus tahfidh mutqin.
Tajwid (baca’an yang baik lagi benar),
Tafsir (memahami maknanya),
Tadabbur (memikirkan dan mengamalkan isinya)
Tahfidh Mutqin (menghafalkan lafadh atau ayat-ayatnya secara mutqin).
Alangkah bahagianya jika kita mati dalam keadaan di dada kita terdapat Al-Qur’an yang kita hafal secara mutqin, kita pahami dengan baik dan benar, juga kita amalkan, sehingga Allah masukkan kita dalam golongan “Ahlul Qur’an” [Keluarga Al-Qur’an] dan “Shahibul Qur’an” [Sahabat Al-Qur’an], yang “Hidup Dibawah Naungan Al-Qur’an”, selalu membaca, memahami dan mengamalkannya,
dan Allah jadikan kita termasuk orang-orang yang sukses, bahagia dan selamat dunia akhirat, aamiin ya Rabb 🤲🏻
Malang, Senin 24 Rajab 1442 / 8 Maret 2021
Khadimul Qur’an / Pelayan Al-Qur’an
Abdullah Saleh Hadrami
[Semoga Allah ampuni semua dosanya, Allah maafkan semua kesalahannya dan Allah berikan kepadanya rahmat kasih sayangNya)