Pelajaran dari Perjalanan ke Gaza; Masjid Markas Intifadhah dan Menteri yang Tawadhu’ lagi Baik Hati (bag 12)
|Pelajaran dari Perjalanan ke Gaza; Masjid Markas Intifadhah dan Menteri yang Tawadhu’ lagi Baik Hati (bag 12)
Hari Jum’at 23 Juli 2010 / 11 Sya’ban 1431 kami shalat Shubuh berjama’ah di masjid Marjuz Zuhur yang terletak di perkampungan An-Nashr sebelah barat Gaza Palestina, masjid bersejarah karena pernah menjadi markas intifadhah (pelemparan batu) terhadap tentara Zionis Yahudi sehingga mereka meninggalkan Gaza. Masjidnya cukup besar dan makmur. Jama’ah yang shalat juga sangat beragam, mulai dari anak kecil sampai orang tua. Imamnya santun dan dan bacaanya bagus. Ada Halaqoh Tahfidhul Qur’an (bimbingan hafalan Al-Qur’an) dan cukup aktif dengan berbagai kegiatan positif lainnya. Bahkan ketika kami shalat Maghrib pada hari Kamis 22 Juli 2010, kami dibuat tercengang oleh tampilnya anak ABG usia SMP yang tampil memberikan ceramah ba’da shalat Maghrib dengan materi “Khoufulloh” (Takut kepada Allah) dengan cara penyampaian yang sangat menarik dan indah juga materinya sangat berbobot karena dipenuhi dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi serta ucapan dan kisah para ulama’. Masjid yang sangat menyenangkan, menyejukkan dan memberikan kedamaian serta motivasi dan inspirasi.
Usai shalat Shubuh kami bertemu dengan Menteri Keadilan Palestina dan sekaligus Menteri Urusan Pembebasan Tawanan, Mohammad Faraj M. H. Al-Ghoal di dalam masjid. Kami sempat berkenalan dan beliau sangat senang dengan kehadiran kami di Gaza sebagai relawan. Beliau ramah dan santun seperti kebanyakan masyarakat Gaza. Beliau ingin mengajak kami untuk bertemu dengan staffnya guna memberi masukan kepada kami tentang bukti-bukti nyata kekejaman Zionis Yahudi terhadap bangsa Palestina. Beliau mengajak kami untuk pertemuan pada malam harinya setelah itu kami berpisah.
Malam harinya kami menunggu kabar dari beliau seperti yang beliau janjikan, ternyata beliau malam itu berhalangan karena ada pertemuan yang harus beliau hadiri dan kamipun memakluminya. Namun tiba-tiba beliau muncul mendatangi kami sekitar pukul 23.30 waktu Gaza di rumah keluarga Namir tempat kami tinggal selama di Gaza. Beliau datang menemui kami di lantai lima apartemen tersebut dengan menaiki tangga tanpa adanya lift dan bahkan jalan menuju lantai lima cukup gelap mirip lorong angker karena minimnya listrik di Gaza.
Menteri yang sangat tawadhu (rendah hati). Rumahnya sederhana menyatu dengan rumah masyarakat pada umumnya, di lantai dua sebuah apartemen yang sederhana. Pakaiannya juga sangat sederhana dan bersahaja tidak berbeda dengan rakyat biasa. Tanpa pengawalan ketat, hanya seorang saja yang selalu menyertainya untuk menjaga keamanannya karena pejabat di Gaza harus siap dijadikan sasaran pembunuhan sewaktu-waktu oleh Zionis Yahudi dan antek-anteknya.
Beliau benar-benar berjuang untuk rakyat Palestina tanpa mengenal lelah dan payah. Malam itu beliau baru saja ada rapat penting sampai larut malam dan langsung datang menemui kami sampai sekitar pukul 23.30 waktu Gaza, padahal Shubuhnya sekitar pukul 04.15 waktu Gaza beliau sudah berada di masjid untuk menunaikan shalat Shubuh berjama’ah bersama masyarakat pada umumnya termasuk kami.
Jabatan menteri dan jabatan kenegaraan lain di Gaza tidak menjanjikan materi duniawi dan bahkan menjadikan jiwa terancam karena mereka terus mengadakan perlawanan dengan Israel Zionis Yahudi sehingga kehidupan mereka dipersulit. Padahal kalau mereka mau damai pasti harta berlimpah mereka dapatkan. Mereka lebih memilih akhirat daripada dunia. Mereka lebih memilih mempertahankan kehormatan dan harga diri walau hidup susah daripada mengorbankan kehormatan dan harga diri dengan secuil dari dunia yang hanya membuat mereka hidup terhina.
Pada saat pertemuan dengan Beliau, kami mendapat banyak penjelasan tentang kekejaman-kekejaman Zionis Yahudi yang benar-benar melampaui batas, termasuk jumlah tawanan yang berada di penjara-penjara Israel. Lebih dari 8000 (delapan ribu) tawanan di sekitar 36 penjara Israel. Mulai dari anak kecil usia 12 tahun, para wanita, orang tua, orang sakit dan lainnya. Mereka di tawan oleh Israel hanya disebabkan mengadakan perlawanan atau melempar batu. Nasib mereka tidak jelas karena siapa saja dipersulit kalau ingin menjenguk atau menemui mereka. Warga Palestina yang berada dalam tawanan itu meninggalkan anak isteri dan keluarga mereka yang sangat membutuhkan santunan dan perhatian kita. Semoga Allah menjaga dan membebaskan semua tawanan kaum muslimin yang berada si semua penjara, amien.
Sekitar pukul 00.30 waktu Gaza sang Menteri pamit pulang dan meminta kami untuk mendatangi kantornya keesokan harinya untuk mendapatkan data-data yang lebih lengkap tentang kekejaman-kekejaman Israel dan tentang para tawanan.
Alhamdulillah, pagi harinya, yaitu Sabtu 24 Juli 2010 / 12 Sya’ban 1431 kami berkunjung ke kantor Kementerian Urusan Pembebasan Tawanan dan kami mendapat informasi yang sangat lengkap dan valid berupa buku dan vcd seperti yang telah dijanjikan oleh Bapak Menteri yang tawadhu’ itu.
Semoga Bapak Menteri yang adil dan tawadhu’ itu mendapatkan naungan ‘Arsy Allah pada hari tidak ada naungan selain naungan Allah, dan semoga semua pejabat di dunia ini meniru Bapak Menteri tersebut. Alangkah indahnya dunia ini kalau semua pejabat ikhlas dalam menjabat dan benar-benar melayani rakyatnya, bukan untuk memperkaya diri atau kelompoknya. Semoga…[Abdullah Shaleh Hadrami/ASH]