Pelajaran dari Perjalanan ke Gaza; Perjalanan Menuju Rafah Perbatasan Mesir Gaza (bag 9)
|
Sebenarnya kisah dan pelajaran selama sepuluh hari di Mesir sangat banyak dan selalu muncul di benak ini pelajaran-pelajaran dan kisah-kisah yang perlu dituliskan seperti tentang mahasiswa Indonesia di Mesir, kuburan di Mesir, kota Alexandria, kota Al-‘Arisy [Aresh], gurun Sinai, Piramid, terusan Suez dan lainnya. Namun, kalau semua itu dituliskan maka kisah dan pejalaran yang menjadi tujuan utama penulisan ini yaitu tentang Gaza Pelestina akan tertunda cukup lama, apalagi waktu untuk menulisnya juga terbatas oleh kesibukan yang ada. Karena itulah saya cukupkan kisah dan pelajaran selama di Mesir sampai di sini dulu dan insya Allah di lain waktu saya akan tulis lagi kisah dan pelajaran di Mesir yang masih tersisa. Semoga Allah memudahkan, amien.
Hari kedua di Mesir 12 Juli 2010 kami putuskan untuk pergi ke Rafah, perbatasan Mesir Gaza dan kami telah menyepakati bahwa siapa yang bisa masuk terlebih dahulu ke Gaza maka hendaklah masuk karena kami merasakan sulitnya perijinan untuk masuk Gaza melalui jalur Rafah Mesir dan alhamdulillah pihak KBRI Mesir telah memberikan kepada kami surat jalan menuju Rafah.
Kami berangkat dari Cairo pukul 11 siang dan baru sampai Rafah pukul 19.30. Perjalanan dari Cairo ke Rafah menempuh jarak kurang lebih 400 kilo meter dan kami menempuhnya dalam waktu sekitar 8 jam karena ketatnya pemeriksaan selama di perjalanan dan kami harus melewati 12 pos pemeriksaan, bahkan di salah satu pos pemeriksaan yaitu sebelum melewati jembatan terusan Suez, jembatan yang menghubungkan benua Afrika dengan benua Asia, kami terpaksa harus menunggu sekitar 2 jam karena interogasi yang cukup alot dan mempersulit namun akhirnya kami lolos juga dengan pertolongan Allah.
Selama perjalanan kami tidak henti-hentinya berdoa dan berdzikir terutama saat itu kami memperbanyak bershalawat kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa ‘Ala Alihi Wa Sallam dengan harapan Allah selalu memberikan kemudahan kepada kami karena saat itu kami merasa tidak berdaya sedikitpun menghadapi kekuasaan manusia yang mempersulit kami dan kami yakin hanya dengan pertolongan Allah jualah semuanya akan lancar, mudah dan barokah. Semua manusia adalah kecil dan lemah, hanya Allah jualah yang Maha Besar, Maha Kuat, Maha Kokoh, Maha Mengalahkan, Maha Perkasa. Alloohumma Sholli ‘Alaa Muhammad Wa ‘Alaa Aali Muhammad.
Setelah sampai di Rafah, kami benar-benar bersukur kepada Allah karena telah berada di sebuah tempat yang selama ini kami hanya menyaksikannya melalui foto-foto saja dan bumi Palestina sudah tampak di hadapan mata. Rasanya hati ini benar-benar berdebar melihat rumah-rumah warga Palestina dari kejauhan dan kami selalu membayangkan saat-saat Israel (Zionis Yahudi) membombardir Gaza dengan sasaran membabi buta sehingga hanya menimbulkan kehancuran dan korban jiwa yang cukup banyak terutama anak-anak dan wanita.
Di depan pintu perbatasan, kami bertemu dengan para relawan asal Indonesia yang lain yang juga sama-sama berusaha menembus perbatasan Rafah tapi selalu tertolak, bahkan diantara mereka ada yang sudah beberapa kali mendatangi perbatasan Rafah untuk mencoba masuk walaupun selalu gagal.
Kami mencoba menemui petugas penjaga pintu perbatasan dan ternyata kamipun ditolak oleh mereka dengan alasan yang sama seperti yang dikemukakan kepada para relawan yang lain yaitu perijinan kami masih belum lengkap dan akhirnya kamipun pulang kembali ke Cairo setelah kami menyepakati dua relawan BSMI untuk tetap berada di dekat perbatasan yaitu di Al-‘Arisy dengan harapan keesokan harinya berusaha menembus kembali. Kami sampai di Cairo menjelang Shubuh, alhamdulillah capek membawa nikmat karena dalam perjuangan fi sabilillah sehingga capek itupun tidak terasa dan berubah menjadi nikmat dan kepuasan tersendiri. Ini adalah perjalanan kami yang pertama untuk berusaha menembus perbatasan Rafah.
Di Cairo kami terus berusaha memantau perkembangan perijinan masuk Gaza, sampai pada akhirnya keluar juga perijinan tersebut, tepatnya pada hari Senin 19 Juli 2010, yaitu sembilan hari setelah kami sampai di Mesir. Siang hari kami mendapat info dari KBRI Mesir bahwa perijinan kami telah keluar dan hari itu juga kami berangkat menuju KBRI untuk mengambilnya. Di KBRI kami di terima Bapak Burhanuddin (Minister Conselor) dan Nurusy Syams (Sekertaris 3), alhamdulillah sambutan mereka cukup baik dan terpuji. Perijinan masuk Gaza lewat Rafah Mesir tersebut dikeluarkan oleh Kementrian Luar Negeri Mesir dan Security State Mesir.
Karena perijinan sudah berada di tangan kami maka kamipun berusaha untuk segera masuk Gaza sebagaimana kesepakatan semula bahwa yang bisa masuk terlebih dahulu hendaklah masuk, apalagi kami sudah cukup lama di Mesir. Diputuskan bahwa saya dan Pak Heru Susetyo masuk ke Gaza dahulu untuk mempersiapkan dan memberi informasi apa yang diperlukan oleh relawan yang masuk berikutnya.
Pada hari Rabu 21 Juli 2010 M / 9 Sya’ban 1431 H saya bersama Pak Heru Susetyo, SH, LLM, Msi. (Head of Humanitarian Law Division BSMI) berangkat ke perbatasan Rafah Mesir menuju Gaza Palestina. Pukul 9.30 kami berangkat dari Cairo dan sampai Rafah pukul 3 sore. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar tanpa ada halangan atau gangguan berarti berkat pertolongan Allah jua kemudian juga dikarenakan surat-surat kami sudah lengkap dan sesuai prosedur. [Abdullah Shaleh Hadrami/ASH]